Begini Alasan Peramal Keturunan Trah Solo Jogja Memilih Menetap di Bali, Rara: Saya Melihat Maha Rsi

 In Berita

Pernikahan pasangan selebriti Syahrini dengan Reino Barack jadi pernikahan fenomenal awal tahun ini.

Sebelum keduanya resmi menikah, sejumlah peramal memang telah memprediksi Syahrini dengan Reino bakal menikah, dan ternyata memang terbukti.

Salah satu peramal tersebut adalah RR Istiati Wulandari yang tinggal di sebuah apartemen di Jalan Ciung Wanara I Nomor 7, Denpasar.

Rara –panggilan akrabnya, termasuk peramal top di tanah air.

Ditemui di kediamannya, Minggu (31/3) siang, Rara menceritakan kisah hidupnya hingga menjadi seorang pembaca tarot sekaligus pawang hujan.

“Saya memang dari kecil indigo. Keluarga saya RR itu Raden Roro trah Solo Jogja dan dari kecil diajarkan dunia spiritual. Konon zaman dulu eyang kakung punya adik setiap tahun, tepatnya satu suro, meng-handle upacara di Keraton Solo. Dan setiap tahun ada adu-adu ilmu, siapa yang menang, dia yang handle upacaranya termasuk masalah pawang hujan,” kata Rara.

Pada periode selanjutnya, eyang kakungnya tersebut menugaskan ayah Rara untuk melanjutkan tradisi tersebut. Namun sang ayah kurang suka, dan akhirnya mengajari Rara tentang hal-hal yang bersifat gaib.

Hal ini dikarenakan ayahnya tahu bahwa Rara adalah anak indigo atau di Bali disebut melik.

“Saat saya umur tiga tahun, bapak saya sakit dan diprediksi akan meninggal saat saya umur lima tahun. Saya diajarin kayak paranormal seperti ngobrol dengan makhluk gaib, roh, termasuk menciun bau awan sebagai pertanda hujan atau tidak.”

“Dan biasanya banyak yang tidak siap memiliki anak indigo, tapi bapak saya sudah siap. Dan bapak dulu mengaplikasikan ilmu pawang hujan itu untuk sepak bola yakni bantu Persipura Jayapura yang dulu,” kata wanita kelahiran Jayapura, 22 Oktober 1983 ini.
Mbak Rara saat menjadi pawang hujan
Mbak Rara saat menjadi pawang hujan (Kolase Tribun Bali/Dok pribadi)

Tahun 1988, sang ayah meninggal dan Rara menonton video milik ayahnya tentang dunia lain.

Dan sebelum ayahnya meninggal Rara pun sempat memimpikan sang ayah akan meninggal dan itu memang terjadi walaupun sang ibu sempat mengatakan jika sang ayah baik-baik saja.

Dari sanalah Rara percaya bahwa dirinya bisa meramal apa yang akan terjadi selanjutnya.

Bahkan ia meramalkan dirinya jika tetap hidup di Jogja akan susah.

Karena itu, setelah bercerai dengan suaminya pada November 2014, ia sangat ingin pindah ke Bali.

Alasannya ia suka dengan alam Bali dan ingin mendapat guru spiritual di Bali.

“Saya selalu ingin pindah ke Bali, tapi mama tidak mengizinkan, termasuk mantan suami saya. Ini dikarenakan saya pernah hilang di Sangeh waktu SMP saat berlibur,” paparnya.

Saat itu ia bersama 39 teman sekelasnya mengadakan liburan ke Sangeh.

Tiba-tiba anting yang dikenakannya ditarik seekor kera dan ia pun hilang padahal areal Sangeh tak terlalu luas.

Mengetahui Rara sudah hilang, teman-temannya pun mencarinya dan bahkan sempat menelepon sang ibu yang ada di Jogja yang membuat sang ibu panik.

“Waktu itu belum ada telepon genggam seperti sekarang, dan saat itu yang saya lihat hanya monyet. Saya jalan-jalan sama monyet, saya senang sekali karena saya dikasi pisang sama monyetnya,” tuturnya.

Untuk menemukannya dicarilah pemangku untuk membantu pencarian dirinya.

Ia diketahui menghilang pukul 10.00 Wita dan ditemukan besok paginya pada pukul 07.30 Wita di tempat yang sama saat pertama kali ia diketahui menghilang.

Di sepanjang waktu perjalanan hidupnya ia pun melaksanakan meditasi dan dalam meditasinya ia selalu melihat sosok seorang Maha Rsi dan karena itu ia selalu ingin pindah ke Bali.

Pic by: Tribun Bali

Bertemu Cok Rat

Tahun 2015, Rara bertemu tokoh Bali Anak Agung Ngurah Oka Ratmadi atau Cok Rat bersama sang istri di sebuah acara Komunitas Spiritual Indonesia.

Di sana ia mengutarakan keinginannya untuk datang ke Bali dan ingin mencari guru spiritual dari Bali.

“Kalau tidak salah itu Maret 2015 dan waktu itu saya bilang saya Rara, saya janda, saya ingin cari guru orang Bali. Cok Rat menanyakan apa kemampuan saya, saya bilang bisa ngeramal dan Cok Rat mau mengangkatnya sebagai murid tapi harus mandiri tanpa memberatkan orang lain,” tuturnya.

Rara melanjutkan, “Bilang bisa ngeramal saya ditanya lagi, bisa ngeramal apa, jangan cuma ngeramal aur-auran. Waktu itu teman-teman banyak bisa tarot dan saya bilang bisa tarot, padahal belum bisa,” katanya.

Selanjutnya Cok Rat memberikan sebuah tantangan untuk meramal teman-teman politikusnya di DPD dan sekaligus mencari biaya untuk datang ke Bali.

Ia pun langsung belajar tarot dan meminta tarot dari seorang ahli Feng Shui yakni Koh Gunadi.

Dan karena ia bisa berbicara dengan roh, ia pun belajar tarot ini dari Ani Sekarningsih tokoh yang memperkenalkan tarot di Indonesia dan membuat tarot wayang.

“Saya waktu itu pusing harus belajar baca 78 kartu tarot. Karena bisa ngobrol dengan arwah, saya cari di google gambar Bu Ani Sekarningsih dan saya ngobrol dengan arwahnya di alam gaib. Saya belajar dengan Ani Sekarnigsih itu. Banyak yang bilang kalau saya saat itu pakai teknik visualisasi, ada yang bilang halusinasi juga, tapi saya memang beneran belajar dari Bu Ani,” katanya.

Maret 2015 Rara akhirnya bisa berangkat ke Bali, bermodal uang Rp 3,5 hasil meramal anggota DPD di Salemba, Jakarta. Sampai Bali ia langsung menuju ke Puri Satria, Denpasar. (putu supartika/bersambung)

Sumber: https://bali.tribunnews.com/2019/04/01/begini-alasan-peramal-keturunan-trah-solo-jogja-memilih-menetap-di-bali-rara-saya-melihat-maha-rsi

Recent Posts

Start typing and press Enter to search